Hai guys, widih nggaya tenan.
Pada postingan kali ini saya ingin menuliskan
tentang kesan-kesan para Sahabat Nabi terhadap ayat-ayat al-Qur’an yang satu
dengan yang lainnya yang (boleh jadi) berbeda-beda. Baiklah, akan saya mulai
ceritanya.
Ketika kita membaca sebuah novel utuh,
biasanya kita mempunyai sebuah kesan yang paling dalam. Nah, kesan yang kita
rasakan bisa jadi berbeda lho dengan kesan yang dirasakan oleh orang lain saat
membaca novel yang sama. Hal itu wajar, karena otak dalam kepala kita memang
berbeda-beda.
Ternyata hal di atas juga dialami oleh
para sahabat Nabi terhadap ayat-ayat al-Qur’an. Berikut akan saya sebutkan
beberapa riwayat yang menceritakannya.
Sebuah riwayat menjelaskan, suatu ketika
para sahabat tengah asik berbincang-bincang tentang al-Qur'an. Dia berujar,
"Saya sudah membaca al-Qur'an mulai dari awal hingga akhir. Saya tidak
menemukan ayat yang lebih memberikan harapan dan lebih indah daripada firman
Allah Swt. "Setiap orang berbuat sesuai dengan tabiatnya
masing-masing." (Q.S. al-Isrā'[17]:84). Tabiat manusia adalah berbuat
maksiat, sementara tabiat Tuhan adalah memberikan ampunan."
Umar bin Khațțab lain lagi, dia
mengatakan, "Saya sudah membaca al-Qur'an dari awal hinga akhir.
Menurutkau, tidak ada ayat yang paling memberikan harapan dan menarik daripada "Hā
Mīm. Kitab ini (al-Qur'an) diturunkan dari Allah Yang Maha Perkasa, Maha
Mengetahui, yang Mengampuni dosa dan menerima taubat dan keras hukuman-Nya.
Yang memiliki karunia. Tidak ada tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nyalah (semua
makhluk) kembali." (Q.S. Ghāfir [40]1-3). Sebab Allah Swt.
mendahulukan ampunan-Nya sebelum Ia menerima taubat."
Uśman bin Affan juga memiliki pandangan
yang lain, dia mengatakan, "Saya telah membaca semua al-Qur'an mulai dari
awal hingga akhir. Saya tidak pernah menemukan ayat yang paling indah dan
memberikan harapan daripada firman Allah swt."Kabarkanlah kepada
hamba-hamba-Ku, bahwa Akulah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang."
(Q.S al-Hijr [15]:49).
Dan
juga Ali bin Abi Ţalib, sang menantu Nabi, dia mengatakan, "Saya telah
membaca al-Qur'an mulai dari awal hingga akhir. Tidak ada ayat yang lebih baik
dan lebih menawarkan harapan daripada firman Allah swt., "Katakanlah,
‘wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri!
Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesunguhnya Allah mengampuni
dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang’."
(Q.S. al-Zumar [39]:53)".
Salah seorang diantara para sahabat pun
menimpali dengan perkataannya, "Saya telah membaca al-Qur'an mulai dari
awal hingga akhir, tidak pernah saya menemukan ayat yang lebih indah dan lebih
memberikan harapan daripada firman Allah swt. "Orang-orang yang beriman
dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan syirik, mereka itulah orang-orang
yang mendapatkan rasa aman dan mreka mendapat petunjuk." (Q.S.
al-An'ām [6]:82)"
Ketika membaca riwayat-riwayat ini dari
kitab Mausu’ah al-Qur’an al-Adzim karya Dr. Abdul Mun’im al-Hafani, saya
jadi teringat tentang cerita teman, sebut saja Lekno (nama yang sebenarnya nama
panggilan). Dia bercerita tentang gurunya al-Maghfurlah KH. Asyhari Marzuqi
yang juga guru saya (semoga saya dianggap murid beliau meski belum pernah
bertatap muka langsung, Amin!). Beliau adalah seorang ulama yang berdomisili di
Kotagede, Yogyakarta dan memiliki banyak santri. Setiap pagi para santri sorogan
beberapa ayat al-Qur’an beserta terjemahannya kepada beliau, ada yang
membaca, adapula yang menghafal. Di penghujung sorogan, beliau selalu selalu
menanyakan “Endi menurutmu ayat sing paling berkesan?” (terj. mana
menurutmu ayat yang paling berkesan?).
Cerita itu sendiri saya dapatkan sudah
sekitar 6 atau 7 tahun yang lalu. Dulu sebakda diberi cerita ini saya tidak
bertanya-tanya mengapa Kyai selalu bertanya demikian. Hingga pada akhirnya saya
menemukan riwayat-riwayat tersebut dalam kitab yang saya baca hari ini, 21
April 2014.
Lahumul
faatihah
Bandung, saat Hari Kartini di tahun 2014
No comments:
Post a Comment