Judul Buku : Ganti Hati... Tantangan
Menjadi Menteri
Penulis : Dahlan
Iskan
Penerbit :
PT Elex Media Komputindo
Cetakan
I : Januari
2012
Tebal : xxxii
+ 343 halaman
Dimuat di Kedaulatan Rakyat
Dahlan Iskan. Bermula dari
seorang jurnalis, menjadi Dirut PLN, kemudian diangkat oleh Presiden sebagai
Menteri BUMN. Pria energik ini akhir-akhir ini membuat banyak orang
geleng-geleng kepala karena aksinya yang sering nyleneh. Ada yang
mengacunyi jempol untuk aksinya tersebut, adapula yang menganggapnya sebagai
pencitraan. Dan Dahlan Iskan -di berbagai media- enjoy saja dengan anggapan
miring tersebut.
Dia memang sosok yang unik,
cerdas, terbuka, dan yang jelas pandai menulis dengan gaya khas seorang jurnalis.
Tulisannya renyah dan enak dibaca. Namun, di tengah kehidupannya yang super
sibuk, dia mengidap penyakit liver mematikan yang wajib ditranspalasi, diganti
dengan organ yang baru. Ternyata penyakit yang melekat pada dirinya tidak
menyurutkan semangat dan kerja kerasnya Justru penyakit itulah yang kemudian
melahirkan buku yang berjudul ‘Ganti Hati; Tantangan Menjadi Menteri’. Inilah
buku yang mengisahkan tentang perjalanan anak manusia menghadapi transpalasi
liver yang disampaikan dengan cukup informatif namun tetap renyah.
Dalam kisahnya ini, Dahlan
Iskan menceritakan tentang penyakit yang mulai menggerogotinya, kegalauannya
tentang perbedaan pendapat antara dokter Singapura dengan Tiongkok tentang
tindakan medis penyakitnya, sampai akhirnya dia memutuskan untuk mengganti
livernya. Dia telah berhitung hidup-mati, dan dia sudah siap. Di tengah-tengah
kisahnya, dia juga kerap kali mengajak pembaca untuk kembali ke masa kecilnya
yang sangat miskin. Kemiskinan yang struktural, dan bukan karena kemalasan
orangtuanya suka menggunakan harta tidak pada tempatnya. Pada bagian ini,
pembaca akan merasa termotivasi untuk bekerja keras dan pantang menyerah.
Seperti dia yang meski pulang pergi ke sekolah ketika SMA dengan berjalan kali
berkilo-kilo, namun tetap semangat.
Disamping sebagai curhatan
sang penulis, buku ini juga bisa dipakai sebagai referensi bagi siapa saja yang
akan melakukan transpalasi. Tidak hanya itu, seperti pada banyak komentar buku
ini pada halaman-halaman belakang, buku ini cukup motivatif. Juga menjadi
sebuah buku spiritual tingkat tinggi yang tidak menggurui, dengan bahasa
sederhana. Bagaimana tidak lihat saja ketika Dahlan Iskan berdoa kepada
Tuhannya ketika memasuki ruang operasi yang belum tentu berhasil, “Tuhan,
terserah engkau sajalah! Terjadilah yang harus terjadi. Kalau saya harus mati,
matikanlah. Kalau saya harus hidup, hidupkanlah!”.
@fuadngajiyo
No comments:
Post a Comment