Monday 8 September 2014

Resensi Buku "Dahlan Iskan; Berdamai dengan Kematian"


Judul Buku :               Ganti Hati... Tantangan Menjadi Menteri
Penulis        :               Dahlan Iskan
Penerbit      :               PT Elex Media Komputindo
Cetakan I    :               Januari 2012
Tebal           :               xxxii + 343 halaman
Dimuat di Kedaulatan Rakyat

Dahlan Iskan. Bermula dari seorang jurnalis, menjadi Dirut PLN, kemudian diangkat oleh Presiden sebagai Menteri BUMN. Pria energik ini akhir-akhir ini membuat banyak orang geleng-geleng kepala karena aksinya yang sering nyleneh. Ada yang mengacunyi jempol untuk aksinya tersebut, adapula yang menganggapnya sebagai pencitraan. Dan Dahlan Iskan -di berbagai media- enjoy saja dengan anggapan miring tersebut.

Dia memang sosok yang unik, cerdas, terbuka, dan yang jelas pandai menulis dengan gaya khas seorang jurnalis. Tulisannya renyah dan enak dibaca. Namun, di tengah kehidupannya yang super sibuk, dia mengidap penyakit liver mematikan yang wajib ditranspalasi, diganti dengan organ yang baru. Ternyata penyakit yang melekat pada dirinya tidak menyurutkan semangat dan kerja kerasnya Justru penyakit itulah yang kemudian melahirkan buku yang berjudul ‘Ganti Hati; Tantangan Menjadi Menteri’. Inilah buku yang mengisahkan tentang perjalanan anak manusia menghadapi transpalasi liver yang disampaikan dengan cukup informatif namun tetap renyah.

Dalam kisahnya ini, Dahlan Iskan menceritakan tentang penyakit yang mulai menggerogotinya, kegalauannya tentang perbedaan pendapat antara dokter Singapura dengan Tiongkok tentang tindakan medis penyakitnya, sampai akhirnya dia memutuskan untuk mengganti livernya. Dia telah berhitung hidup-mati, dan dia sudah siap. Di tengah-tengah kisahnya, dia juga kerap kali mengajak pembaca untuk kembali ke masa kecilnya yang sangat miskin. Kemiskinan yang struktural, dan bukan karena kemalasan orangtuanya suka menggunakan harta tidak pada tempatnya. Pada bagian ini, pembaca akan merasa termotivasi untuk bekerja keras dan pantang menyerah. Seperti dia yang meski pulang pergi ke sekolah ketika SMA dengan berjalan kali berkilo-kilo, namun tetap semangat.

Disamping sebagai curhatan sang penulis, buku ini juga bisa dipakai sebagai referensi bagi siapa saja yang akan melakukan transpalasi. Tidak hanya itu, seperti pada banyak komentar buku ini pada halaman-halaman belakang, buku ini cukup motivatif. Juga menjadi sebuah buku spiritual tingkat tinggi yang tidak menggurui, dengan bahasa sederhana. Bagaimana tidak lihat saja ketika Dahlan Iskan berdoa kepada Tuhannya ketika memasuki ruang operasi yang belum tentu berhasil, “Tuhan, terserah engkau sajalah! Terjadilah yang harus terjadi. Kalau saya harus mati, matikanlah. Kalau saya harus hidup, hidupkanlah!”.


@fuadngajiyo

No comments:

Post a Comment