Judul : Membaca Sirah
Nabi Muhammad saw.; dalam Sorotan al-Qur’an dan Hadits-hadits Shahih
Penulis : M.
Quraish Shihab
Penerbit : Lentera
Hati
Cetakan I : Juni
2011
Sirah Nabi yang manakah yang
pernah anda baca? Dari sekian banyak sirah, yang manakah yang menurut anda
paling otentik? Karya Ramadhan al-Buthi, Karel Amstrong, Haikal, atau yang
lain?
Memang banyak sekali penulis
yang menuliskan tentang sejarah Manusia Teragung Muhammad saw. Mulai dari
penulis Timur Tengah, para orientalis Barat, bahkan penulis lokal Indonesia.
Meski demikian, kisah tentang kehidupan pribadi agung ini seperti tak pernah
habis untuk diperbincangkan bahkan dikritisi sejarahnya. Apakah ia berasal dari
sumber-sumber yang dapat dipercaya, ataukah hanya penuturan dari mulut ke mulut
yang perlu dipertanyakan kebenarannya.
Kali ini seorang tokoh
intelektual muslim Indonesia M. Quraish Shihab juga manuangkan pemikirannya
berkenaan dengan sirah Nabi. Meskipun ini berkaitan dengan sejarah, namun ia
tidak meninggalkan informasi-informasi dari al-Qur’an yang selama ini menjadi
bidangnya. Ia bahkan menggunakannya sebagai sumber primer disamping sunah Nabi
dan riwayat-riwayat yang bersumber dari mereka
yang hidup semasa atau tidak jauh dari masa Nabi.
Menurutnya, penyajian sejarah
Nabi dengan dalih agar menjadikannya ilmiah namun mengabaikan al-Qur’an dan
Sunah merupakan sebuah kekeliruan. Hal ini secara tidak langsung menganggap
bahwa al-Qur’an dan Sunah tidak ilmiah, padahal para pakar al-Qur’an dan Sunah
pun menggunakan prinsip-prinsip ilmiah dalam menerima atau menolak suatu
pendapat/riwayat. Bahkan, tidak berlebihan jika dinyatakan bahwa metode kritik
yang dilakukan ulama-ulama Islam dalam bidang periwayatan jauh lebih akurat dan
ketat daripada yang dilakukan oleh sejarawan. Ulama-ulama Islam dalam
menentukan derajat sebuah hadits disamping harus shahih secara sanad
(periwayatan hadits beserta orang-orang yang meriwayatkannya), juga harus sahih
secara matan (isi sebuah hadits).
Selain itu, beberapa
kekeliruan pun bisa terjadi karena beberapa hal. Pertama, karena menggunakan
kacamata yang keliru. Beberapa penulis yang mencoba menyajikan sejarah Nabi menggunakan
logika dan budaya mereka sendiri berpotensi melahirkan kesalahan-kesalahan
dalam menyimpulkan sosok Nabi saw. Kedua, subjektivitas dari penulis. Sejarah
adalah penulisnya, maka sejarah sesuatu itu tergantung dari seorang penulis.
Semakin dia subjektif, maka sebuah tulisan bisa dinilai tidak lagi ilmiah.
Ketiga, penulis tidak memahami budaya
masyarakat setempat. Sebagai contoh saja, penilaian bahwa Nabi Muhammad adalah
seorang yang bodoh karena tidak bisa baca dan tulis adalah sebuah kesimpulan
yang keliru. Pada masa itu, karena alat tulis sangat sulit ditemukan maka
kemampuan menghafal pun menjadi satu-satunya yang bisa dijadikan tolok ukur
kecerdasan dan keluasan pengetahuan seseorang. Karena itu, mereka menilai siapa
yang pandai menulis menunjukkan bahwa ia mempunyai ingatan yang lemah dan juga menjadi
indikator bahwa ia tidak memiliki pengetahuan yang luas. Terakhir, beberapa
penulis yang notabene muslim tidak menyadari bahwa Muhammad saw. adalah seorang
Nabi yang telah ditegaskan dalam al-Qur’an bahwa beliau merupakan bukti
kebenaran.
Membaca sirah Nabi saw. yang
ditulis oleh Quraish Shihab berjudul Membaca Sirah Nabi Muhammad saw.; dalam
Sorotan al-Qur’an dan Hadits-hadits Shahih memang terasa berbeda jika
dibandingkan dengan sirah-sirah Nabi yang lain. Sebagai seorang ahli al-Qur’an
dan juga Hadits, dia menyajikan keterangan-keterangan kehidupan Nabi
berdasarkan keduanya yang telah jelas-jelas merupakan sumber otentik.
Kisah-kisah yang selama ini simpang siur diklarifikasi dalam buku ini, bahkan
kisah yang telah populer sehingga dianggap benar oleh sebagian orang tak luput
dari pengamatannya yang cukup jeli, sehingga terkadang didapatkan sebuah
kesimpulan yang berbeda. Kehadiran buku ini selain sebagai bacaan diwaktu
senggang juga bisa dipakai sebagai referensi sejarah. Selamat membaca!
@fuadngajiyo
No comments:
Post a Comment