Wednesday 10 September 2014

Resensi Buku "Orang Kristen Berhaji?"


Judul Buku     :    Orang Kristen Naik Haji
Penulis           :    Augustus Ralli
Penerbit         :    Penerbit Ilmu Semesta
Cetakan  I       :    Agustus 2011
Tebal              :    371 halaman
Dimuat di Kedaulatan Rakyat

Orang Kristen Naik Haji. Judul buku ini cukup menggelitik dan mengundang tanya bagi siapa saja yang konsen dalam dunia keislaman. Bagaimana mungkin seorang kristiani melakukan ritual keagamaan Islam? Bukankah salah satu syarat berhaji adalah beragama Islam. Ya, judul buku ini memang tidak bisa dipahami secara tekstualis dan tidak perlu diperdebatkan, karena hanya akan menimbulkan kontradiksi. Sebaliknya, judul buku ini hanya sebagai strategi pasar agar mengundang tanya untuk kemudian dapat diterima dengan baik.

Dari dahulu sampai sekarang Mekah dan Madinah yang merupakan kota suci umat Islam mampu memberikan pesona yang tak pernah habis. Tak hanya bagi kaum muslim, bahkan orang-orang di luar agama ini pun sangat takjub dengan segala keistimewaan yang dimiliki kota tempat lahir dan berkembangnya Islam. Namun sayangnya kota ini terlarang bagi nonmuslim. Bahkan jika ada dari mereka yang ketahuan memasuki kota ini maka mereka bisa dihukum mati. Resiko ini ternyata tidak menyurutkan para orientalis untuk mundur, bahkan menjadikan kota ini seperti kota keramat yang wajib ditaklukkan.

Inilah buku yang mengisahkan perjalanan ‘berbahaya’ para orientalis pada abad ke-19. Buku yang dalam versi Bahasa Indonesia berjudul Orang Kristen Naik Haji ini ditulis oleh Augustus Ralli pada tahun 1909 M. Banyak tokoh orientalis yang direkam jejaknya dalam buku ini. Setidaknya terdapat 16 tokoh orientalis yang masuk dalam pembahasan buku ini, salah satunya yaitu tokoh yang cukup terkenal di telinga orang Indonesia yaitu Cristian Snouck Hurgronje.

Cristian Snouck Hurgronje atau yang menyamar dengan nama Abdul Gaffar merupakan satu diantara beberapa tokoh orientalis yang paling terkemuka. Ia dilahirkan di Brabanat bagian utara, Belanda, pada 8 Februari 1857. Pengembaraan intelektualnya mengantarkannya menyandang gelar doktor, dengan disertasi berjudul “Alasan-alasan yang Membuat Muhammad Mengadopsi Kebiasaan Pra-Islam dalam Ibadah Haji”. Tujuan perjalanannya ini semata untuk objektivitas dan ilmu pengetahuan. Ia ingin mempelajari pengaruh Islam terhadap kehidupan sosial politik dalam masyarakat yang belum tersentuh oleh pengaruh peradaban Barat (hlm 290-291). Hurgronje sudah mahir bahasa Arab sebelum ia memulai perjalanannya, namun kemudian ia mempelajari dialek lokal sehari-hari selama lima bulan agar bertambah fasih dan tidak mencurigakan.

Tentu tidak hanya perjalanan Hurgronje yang memberikan kisah menarik sekaligus menegangkan yang tersaji dalam buku ini. Paling tidak, lewat buku ini kita akan menemukan fakta bahwa betapa semangat keilmuan para orientalis sangat tinggi, terlepas dari penyalahgunaan karya-karya mereka untuk kepentingan kolonialisme, kita perlu mengapresiasi karya-karya mereka yang cukup objektif dalam menyajikan data-data tersebut. Semangat dan objektivitas inilah yang seharusnya mampu membangkitkan gairah kita untuk terus mengkaji ilmu pengetahuan.


@fuadngajiyo

No comments:

Post a Comment