Judul Buku : Orang
Kristen Naik Haji
Penulis : Augustus
Ralli
Penerbit : Penerbit
Ilmu Semesta
Cetakan I : Agustus 2011
Tebal : 371 halaman
Dimuat di Kedaulatan Rakyat
Orang Kristen Naik Haji.
Judul buku ini cukup menggelitik dan mengundang tanya bagi siapa saja yang
konsen dalam dunia keislaman. Bagaimana mungkin seorang kristiani melakukan
ritual keagamaan Islam? Bukankah salah satu syarat berhaji adalah beragama
Islam. Ya, judul buku ini memang tidak bisa dipahami secara tekstualis dan
tidak perlu diperdebatkan, karena hanya akan menimbulkan kontradiksi.
Sebaliknya, judul buku ini hanya sebagai strategi pasar agar mengundang tanya
untuk kemudian dapat diterima dengan baik.
Dari dahulu sampai sekarang Mekah
dan Madinah yang merupakan kota suci umat Islam mampu memberikan pesona yang
tak pernah habis. Tak hanya bagi kaum muslim, bahkan orang-orang di luar agama
ini pun sangat takjub dengan segala keistimewaan yang dimiliki kota tempat
lahir dan berkembangnya Islam. Namun sayangnya kota ini terlarang bagi
nonmuslim. Bahkan jika ada dari mereka yang ketahuan memasuki kota ini maka
mereka bisa dihukum mati. Resiko ini ternyata tidak menyurutkan para orientalis
untuk mundur, bahkan menjadikan kota ini seperti kota keramat yang wajib
ditaklukkan.
Inilah buku yang mengisahkan
perjalanan ‘berbahaya’ para orientalis pada abad ke-19. Buku yang dalam versi
Bahasa Indonesia berjudul Orang Kristen Naik Haji ini ditulis oleh
Augustus Ralli pada tahun 1909 M. Banyak tokoh orientalis yang direkam
jejaknya dalam buku ini. Setidaknya terdapat 16 tokoh orientalis yang masuk
dalam pembahasan buku ini, salah satunya yaitu tokoh yang cukup terkenal di
telinga orang Indonesia yaitu Cristian Snouck Hurgronje.
Cristian Snouck Hurgronje
atau yang menyamar dengan nama Abdul Gaffar merupakan satu diantara beberapa
tokoh orientalis yang paling terkemuka. Ia dilahirkan di Brabanat bagian utara,
Belanda, pada 8 Februari 1857. Pengembaraan intelektualnya mengantarkannya
menyandang gelar doktor, dengan disertasi berjudul “Alasan-alasan yang Membuat
Muhammad Mengadopsi Kebiasaan Pra-Islam dalam Ibadah Haji”. Tujuan
perjalanannya ini semata untuk objektivitas dan ilmu pengetahuan. Ia ingin
mempelajari pengaruh Islam terhadap kehidupan sosial politik dalam masyarakat
yang belum tersentuh oleh pengaruh peradaban Barat (hlm 290-291). Hurgronje
sudah mahir bahasa Arab sebelum ia memulai perjalanannya, namun kemudian ia
mempelajari dialek lokal sehari-hari selama lima bulan agar bertambah fasih dan
tidak mencurigakan.
Tentu tidak hanya perjalanan
Hurgronje yang memberikan kisah menarik sekaligus menegangkan yang tersaji
dalam buku ini. Paling tidak, lewat buku ini kita akan menemukan fakta bahwa
betapa semangat keilmuan para orientalis sangat tinggi, terlepas dari
penyalahgunaan karya-karya mereka untuk kepentingan kolonialisme, kita perlu
mengapresiasi karya-karya mereka yang cukup objektif dalam menyajikan data-data
tersebut. Semangat dan objektivitas inilah yang seharusnya mampu membangkitkan
gairah kita untuk terus mengkaji ilmu pengetahuan.
@fuadngajiyo
No comments:
Post a Comment