Judul
Buku : Serangan Umum 1 Maret, Dalam Kaleidoskop Sejarah Perjuangan
Mempertahankan Indonesia
Penulis : Batara R. Hutagalung
Penerbit : LKiS,
Yogyakarta
Cetakan : 2010
Tebal : xxviii + 716 halaman
Pemahaman yang cukup rendah tentang sejarah
bangsa sendiri masih banyak di’derita’ rakyat Indonesia. Hal ini merupakan
dampak lamanya rakyat Indonesia sengaja dibutakan oleh penguasa tentang sejarah
negerinya sendiri beberapa tahun silam. Sejarah diputarbalikkan mengikuti apa
kata penguasa, ia adalah barang yang teramat mahal bagi sebuah bangsa yang
besar, Indonesia.
Banyak rakyat yang percaya begitu saja sejarah
yang telah beredar di kalangan luas, mereka tidak mempertanyakan lebih jauh apakah
peristiwa tersebut benar-benar riil? Adakah versi lain yang berbeda dengannya? Di
sinilah letak keistimewaan buku ini, buku berjudul ‘Serangan Umum 1 Maret,
Dalam Kaleidoskop Sejarah Perjuangan Mempertahankan Indonesia’ menyajikan
sejarah yang berbeda dengan mainstream.
Salah satunya yaitu anggapan kolektif
masyarakat bahwa Kartosuwiryo beserta pasukannya merupakan pemberontak yang
mengancam keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Menurut Batara,
penulis buku ini, Kartosuwiryo bukanlah pemberontak di Jawa Barat yang dikenal
dengan pemberontakan DI/TII, justru ia adalah seorang pejuang yang gigih
mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Peristiwa kedua yang cukup disoroti yaitu
tentang Serangan Umum 1 Maret. Ada dua versi siapa pemrakarsa serangan spektakuler
yang terjadi di Yogyakarta untuk membuktikan kepada dunia bahwa TNI yang
berarti Indonesia masih cukup kuat. Versi pertama mengatakan bahwa Suhartolah
pemrakarsa serangan ini. Sedangkan versi kedua menyatakan bahwa Sultan Hamengku
Buwana IX merupakan tokoh dibalik semua itu.
Dengan data-data sejarah, Batara mencoba
membantah kedua versi di atas. Menurutnya kedua versi di atas diragukan kevalidannya.
Ada tokkoh lain yang sangat berperan selain kedua tokoh di atas, Ia menyebutkan
bahwa perencanaan, persiapan, penugasan, pelaksanaan serta komando militer saat
itu berada di tangan Kolonel Bambang Sugeng.
Namun demikian, menurut penulis keberhasilan serangan
tersebut adalah berkat kerjasama serta dukungan berbagai pihak. Tidak hanya
Angkatan Darat saja yang terlibat, melainkan juga Angkatan Udara dan
Kementerian Pertahanan serta pimpinan sipil (hlm 599). Juga tidak hanya ditentukan
oleh segelintir orang dan golongan semata, melainkan beberapa golongan turut
berperan aktif di dalamnya. Terutama dukungan rakyat Indonesia di daerah-daerah
pertempuran.
Akhir kata, kehadiran buku ini banyak
memberikan pemahaman ‘lain’ tentang sejarah Nusantara. Penting dibaca oleh para
pemerhati sejarah maupun kalangan umum. Bukan untuk mengacaukan sejarah, justru
untuk mengimbangi sejarah yang terlanjur beredar di masyarakat yang tidak dapat
dikatakan 100 persen benar. Selamat membaca!
@fuadngajiyo
No comments:
Post a Comment